Kantong Berita, SIBOLGA-Sejumlah truk asal Medan, Sumatera Utara, dengan tujuan Kepulauan Nias tertahan di Pelabuhan Sambas/Pelindo Sibolga, Sabtu (14/6).
Pasalnya, para supir truk keberatan dengan kebijakan pihak otoritas Pelabuhan yang mengharuskan mereka mengantongi surat keterangan telah menjalani Rapid Test dari rumah sakit Sibolga.
Sementara, biaya yang dipatokkan pihak rumah sakit kepada mereka untuk sekali Rapid Test sebesar Rp450.000 dan itu dinilai sangat membebani mereka.
“Kami sudah satu hari satu malam menunggu disini. Karena biaya Rafid Test Rp450 ribu per orang. Itupun berlaku hanya 7 hari saja. Kendala kami sekarang, khusus nya supir dari Medan, dituntut untuk Rapid Test. Sementara biaya kami gak ada, yang kami bawa barang logistic. Sementara orang Pelabuhan mempersulit kami harus Rafid Test, disitu kami tidak terima. Sehingga kami tidak berangkat,” kata Pistel Simatupang, salah seorang Supir Truk diamini puluhan Supir asal Medan lainnya.
Anehnya menurut Pistel, pada masa sebelum diberlakukannya New Normal oleh Pemerintah, mereka yang berasal dari daerah Zona merah hanya dibebani dengan surat keterangan kesehatan dari Rumah Sakit, Puskesmas atau Klinik.
Sekarang, setelah New Normal diberlakukan, Pemerintah seakan semakin mempersulit mereka dengan kewajiban Rapid Test.
“Sebelumnya, hanya surat kesehatan dari Puskesmas. Itupun hanya bayar Rp20 ribu. Baru kali ini diharuskan untuk Rafid Test. Kami gak keberatan kalau mau di Rapid Test. Silahkan kami di Rapid Test. Tapi, jangan bebani kami dengan biaya sebesar itu,” ketusnya.
Karena, biaya Rapid Test tersebut ditanggung sendiri oleh Supir, bukan Toke atau pengusaha Truk.
“Sementara biaya yang Rp450 ribu itu ditanggung oleh Supir. Toke tidak mau tahu. Kalau toke mengatakan, biarkan saja mobil tidak jalan, kalau memang diwajibkan Rafid Test dengan biaya Rp450 ribu per orang,” ungkap Pistel.
Kalau kebijakan pihak otoritas Pelabuhan masih terus berlanjut, mereka mengancam akan mogok.
“Dan ada kemungkinan kalau memang berlanjut, truk ini akan mogok selama belum ada solusinya,” tegasnya. (jul/kb)