banner 728x250

banner 728x250

Demi Sejengkal Perut, Pedagang Ikan Tetap Berjualan Ditengah Penyebaran Corona

Foto : Boru Manullang tetap berjualan ditengah penyebaran wabah Corona.

Kantong,SIBOLGA-Pasca peredaran Virus Corona atau Covid-19, aktifitas pasar ikan jalan KH. Ahmad Dahlan Sibolga, Sumatera Utara masih berjalan normal. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan himbauan untuk mengurangi aktifitas diluar rumah dan mengatur jarak dengan orang lain. Untuk meminimalisir penyebaran Virus mematikan tersebut.

Namun, pedagang pasar ikan KH. Ahmad Dahlan nekat tetap berjualan, demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Seperti yang dikatakan Boru Manullang, salah satu pedagang ikan yang terpaksa berjualan ditengah penyebaran wabah Virus Corona. Katanya, dia berani mengambil resiko demi sejengkal perut anak-anaknya.

“Kalau gak jualan, mau makan apa. Terpaksanya kami jualan, demi sejengkal perut ini. Masih ada 2 lagi anak yang saya tanggung. Yang lain sudah menikah,” kata Boru Manullang ditemui dilapak dagangannya, Rabu (1/4).

Apalagi lanjutnya, setelah ditinggal mati suaminya 20 tahun silam, apapun akan dia lakukan untuk memperjuangkan anak-anaknya. “Saya gak punya suami lagi, sudah 20 tahun menjanda. Kalau saya gak jualan, siapa yang menanggung makan kami,” ungkapnya.

Tak hanya itu, sekilas warga Kelurahan Aek Habil, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga, Sumatera Utara ini berbagi keluh kesahnya, berjualan ditengah penyebaran wabah Corona. Tak hanya kucing-kucingan dengan petugas, sejak penyebaran Corona penghasilan mereka pedagang ikan juga sangat merosot. Yang sebelumnya bisa mencapai Rp300.000 perhari, sekarang berkurang drastis menjadi Rp75.000. Meski tidak mampu menutupi kebutuhan kelurga, namun Boru Manullang mengaku masih mensyukurinya.

“Terpaksa kita kucing-kucingan dengan petugas. Memang sudah dilarang berjualan. Tapi, apa boleh buat, kalau mereka datang menyemprot, kita tutup sebentar. Kita gak menyalahkan mereka, karena itu sudah tugas mereka. Kalau sebelumnya, saya jualan 3 trip sehari. Sekarang, cuma 1 trip aja. Makanya, kalau dulu, bisa dapat Rp200 ribu sampai Rp300 ribu perhari, kalau sekarang hanya Rp75 ribu saja. Dari pada tidak jualan, itupun masih kita syukuri,” ungkapnya.

Hal tersebut menurutnya disebabkan oleh daya beli masyarakat yang lemah ditengah penyebaran Corona saat ini. “Daya beli lemah sekarang ini. Gak ada lagi pembeli yang membeli banyak. Karena, pengiriman ikan ke Pesawatpun sudah gak bisa lagi,” pungkasnya.

Disamping itu, meski dalam kondisi bencana, Boru Manullang mengaku tidak susah memperoleh ikan untuk dijual. Karena, nelayanpun tetap melaut meski harga ikan anjlok.

“Gak banjir memang, tapi tetap ada lah. Harga ikan pun murah sekarang ini, bisa sampai 50 persen turunnya dibanding harga sebelum Corona ini. Seperti ikan Timpi inilah, sekarang hanya Rp8.000 perkilo. Kalau sebelumnya bisa sampai Rp12.000 perkilo. Ikan Gabu sekarang Rp25 ribu sampai Rp30 ribu. Kalau sebelumnya, bisa sampai Rp50 ribu perkilo,” terang Boru Manullang. (red)

Print Friendly, PDF & Email