Kantong Berita, MEDAN – PT. Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, terus berupaya mendukung konservasi alam, salah satunya dengan memberikan bantuan perlengkapan keamanan kerja kepada karyawan Barumun Tiger Sanctuary yang dikelola oleh Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan (YPBMM).
Foto: Perwakilan Manajemen PTAR yang dipimpin oleh Direktur Hubungan Eksternal, Sanny Tjan, memberikan bantuan perlengkapan keamanan kerja berstandar tinggi kepada para karyawan Barumun Tiger Sanctuary yang dikelola oleh YPBMM. Bantuan tersebut diterima oleh Ketua YPBMM, Eddy.
Bantuan tersebut diserahkan oleh Direktur Hubungan Eksternal PTAR, Sanny Tjan, kepada Ketua Umum YPBMM, Eddy, dengan disaksikan oleh Kepala Sub Bagian Data Evlap dan Kehumasan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara, Andoko Hidayat, pada Kamis (9/1/2021).
PTAR menganggap dukungan kepada Barumun sebagai salah satu langkah kontribusi mereka terhadap konservasi alam, terutama di Sumatra Utara dan Batangtoru.
Barumun Tiger Sanctuary dikenal memiliki banyak karyawan yang berdedikasi tinggi dan antusias dalam upaya konservasi alam.
“Sebelumnya, kami juga telah memberikan donasi berupa mobil penyelamat satwa yang dilengkapi dengan kandang dan peralatan penyelamatan. Kami berharap bantuan kami dapat memberikan manfaat, dan kami akan terus berupaya bekerja sama dan berkontribusi lebih lanjut dalam upaya-upaya konservasi,” kata Sanny.
Ketua Umum YPBMM, Eddy, mengucapkan terima kasih kepada PTAR atas bantuan yang telah diberikan, yang dianggap sangat bermanfaat bagi Barumun Tiger Sanctuary dalam upaya meningkatkan populasi harimau Sumatra dan berbagai upaya konservasi lainnya.
Menurut Kepala Sub Bagian Data Evlap dan Kehumasan BBKSDA Sumut, Andoko Hidayat, konflik antara harimau Sumatra dan manusia semakin meningkat, sementara populasi harimau terus menurun.
Kerjasama dengan Barumun Sanctuary Tiger sangat membantu dalam menangani konflik tersebut.
Berdasarkan data BBKSDA Sumut pada tahun 2020, populasi harimau Sumatra di provinsi Sumatra hanya tersisa sekitar 33 ekor, sementara di seluruh Pulau Sumatra diperkirakan hanya ada sekitar 400-600 ekor.
Sebelumnya, pada tahun 2020, PTAR telah mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui BBKSDA Sumut untuk melepaskan harimau Sumatra bernama Sri Nabilla ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari PTAR. Dalam menangani konflik harimau baru-baru ini, kami juga terbantu dengan adanya kandang dan peralatan penyelamatan dari PTAR. Konservasi ini tidak bisa dilakukan sendiri. Kami berharap dapat terus bekerja sama untuk meningkatkan upaya konservasi di masa depan, sehingga tercipta keseimbangan antara ekologi dan ekonomi sosial,” ujar Andoko.
PTAR menegaskan akan terus mendukung berbagai inisiatif konservasi dan keanekaragaman hayati, terutama yang terkait dengan operasional Tambang Emas Martabe.
“Pemulihan habitat hutan melalui reklamasi dan rehabilitasi tetap menjadi fokus kami dalam perlindungan keanekaragaman hayati. Seluruh upaya pengelolaan lingkungan sudah diatur dalam Kode Etik PTAR dan akan diawasi dengan ketat,” ungkap Manajer Senior Komunikasi Korporat PTAR, Katarina Siburian Hardono.
Diketahui, Tambang Emas Martabe dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan mencakup area seluas 30 km² dalam Kontrak Karya (KK) generasi keenam dengan luas wilayah total 1.303 km².
Tambang Emas Martabe terletak di Kecamatan Batang Toru, Provinsi Sumatra Utara, yang mulai berproduksi penuh pada 24 Juli 2012. Basis sumber daya perusahaan mencapai 7,6 juta ounce emas dan 66 juta ounce perak hingga 30 Juni 2020.
Kapasitas operasi Tambang Emas Martabe mencapai lebih dari 6 juta ton bijih per tahun untuk memproduksi lebih dari 300.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak per tahun.
PTAR melibatkan lebih dari 3.000 karyawan dan kontraktor, dengan sekitar 99% adalah warga Indonesia dan lebih dari 70% berasal dari desa setempat.
PT Danusa Tambang Nusantara (PTDTN) memiliki 95% saham PTAR. PTDTN adalah anak perusahaan PT United Tractors Tbk (60% saham) dan PT Pamapersada Nusantara (40% saham), yang merupakan bagian dari grup PT Astra International Tbk.
Sisanya, 5% saham dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Provinsi Sumatra Utara. (ril)