Kantong Berita, SIBOLGA-Kelangkaan LPG 3 Kg masih terus terjadi di Kota Sibolga. Selain langka, harga jual di pasaran juga bervariasi, tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Sibolga Ananta Siregar.
Namun kata Ananta menjelaskan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak dengan situasi tersebut. Karena saat ini, pihaknya hanya punya kewenangan mengawasi dan melaporkan.
“Tetap boleh melapor ke Disperindag, ke bagian perlindungan konsumen. Nanti, kami lapor lagi ke Disperindag provinsi. Kami hanya sebatas pengawasan dan pelaporan ke pihak Pertamina,” jelas Ananta ditemui di kantornya, Senin (24/7/2023).
Meski demikian, kata Hendry Sinaga, Pengawas Perdagangan Disperindag Sibolga menimpali, sesuai hasil temuan mereka di lapangan, kelangkaan terjadi bukan karena kurangnya pasokan gas dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE).
Dari keterangan beberapa pengusaha pangkalan LPG 2 Kg yang mereka terima mengatakan, kelangkaan saat ini terjadi, disebabkan bertambahnya jumlah pangkalan, seiring dengan dikuranginya jatah setiap pangkalan yang sudah ada sebelumnya.
“Misalnya, biasanya mereka dapat jatah 20 tabung perhari, sekarang tinggal 15 tabung aja, karena adanya penambahan pangkalan dari pihak agen. Sehingga, langganan yang biasa beli ke mereka, jadi gak kebagian lagi semua. Mereka bilanglah langka, padahal karena gak dapat lagi di pangkalan langganannya,” kata Hendry.
Dari data Disperindag diketahui ada 3 agen tabung gas bersubsidi di Kota Sibolga. Namun menurut pihak Disperindag Sibolga, 1 diantaranya tidak pernah bisa terdata berapa kuota LPG 3 Kg yang diperoleh dari PT. Pertamina dan berapa jumlah pangkalan yang terdaftar.
“Dari 2 agen yang kita data, jatah Kota Sibolga perbulan itu sekitar 64.000 tabung. Dari data pangkalan tahun 2021, PT. SEM punya 28 pangkalan dan PT. Djuwilly 65 pangkalan. Kalau agen yang di Simaremare tidak pernah berhasil kita data. Karena, setiap kami datang, pemiliknya tidak pernah ada. Sementara, anggotanya gak tahu menahu soal gas ini,” ungkapnya.
Terkait Harga Eceran Tertinggi (HET), Hendry mengaku belum ada perubahan, masih Rp17.500 pertabung.
Padahal, saat ini di daerah Poriaha, Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah sudah ada berdiri SPBE.
Artinya, dengan ada SPBE tersebut, HET LPG 3 Kg Kota Sibolga sudah dapat direvisi, untuk penurunan harga, yang disesuaikan dengan jarak tempuh.
Karena penentuan HET Sibolga saat ini masih berdasarkan jarak tempuh agen belanja elpiji dari SPBE yang berada di Kota Padang Sidempuan.
Diberitakan sebelumnya, warga Sibolga menjerit, karena LPG 3 Kg sulit diperoleh dipasaran. Kelangkaan bahan bakar subsidi ini sudah terjadi beberapa hari terakhir.
Tak hanya itu, harga bahan bakar berbetuk melon ini juga mengalami kenaikan. Dipasaran, harga bervariasi dari mulai Rp18.000 hingga Rp21.000/tabung. Sementara, Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pemko Sibolga masih diharga Rp17.500/tabung.
Seperti yang dialami seorang warga bernama Yanti. Kepada Wartawan, Yanti mengaku telah menjajal semua pangkalan dan warung pengecer, namun semuanya kosong, tak ada tabung berisi yang bisa dipakainya untuk memasak.
“Tadi waktu lagi memasak di rumah, gas habis. Mencari-cari mau beli gas di warung ternyata kosong,” keluh Yanti, Minggu (23/7/2023) sore.
Senada juga dikatakan Juli, warga Sibolga lainnya. Bahkan, Juli mengaku sudah beberapa hari belakangan kesulitan memasak di rumah, akibat langkanya LPG 3 Kg ini.
Dirinya berharap, Pemerintah segera mengatasi kelangkaan bahan bakar rumah tangga miskin ini.
“Warga sudah sangat resah karena tidak ada lagi gas untuk memasak, dan kami berharap pihak terkait agar dapat segera mengatasi permasalahan kelangkaan gas bersubsidi LPG 3 Kg ini,” ucap Juli. (red)