Kantong Berita, TAPTENG-Warga Kelurahan Sibabangun, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) sempat kewalahan mempersiapkan diri mengikuti pelaksanaan sholat Idul Adha 1444 H, Kamis (29/6/2023) pagi.
Pasalnya, saat hendak membersihkan diri, sungai Sibabangun yang menjadi sarana utama MCK (mandi, cuci, kakus), keruh.
Warga terpaksa menyerbu pemandian umum Masjid terdekat, agar tidak terlambat mengikuti pelaksanaan Sholat Ied berjamaah.
Antrian panjang tak terhindari, warga saling berdesakan dibawah pancuran air. Belum lagi jamaah yang datang dan hendak mengambil wudhu.
Beberapa warga lain mengambil inisiatif dengan mandi di sungai kecil, yang lokasinya sedikit jauh dari pemukiman penduduk.
“Biasanya pagi kita mandi ke sungai. Tapi kondisi air sungai yang keruh, terpaksa kita mandinya di pancuran Masjid,” ujar Sahril Majid Situmorang (35), warga Lingkungan III, Kelurahan Sibabangun.
Majid mengungkapkan, keruhnya air sungai Sibabangun bukan dikarenakan faktor hujan. Dalam 1 bulan terakhir, dimana cuaca sedang musim kemarau, air sungai Sibabangun sudah beberapa kali keruh.
Warga menduga, keruhnya sungai Sibabangun, disebabkan aktivitas pabrik kelapa sawit yang beroperasi di hulu sungai.
“Kemungkinan air sungai tercemar limbah. Soalnya warna air sungai kuning kecoklat-coklatan,” ungkap Majid.
Senada dikatakan warga lainnya, Amin (40), yang mengaku terpaksa membersihkan diri di sungai Sibabangun yang keruh. Karena ia tidak ingin absen ataupun terlambat melaksanakan sholat Idul Adha yang hanya dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun itu.
“Mau gimana lagi, dari pada tidak sholat. Masa kita sholat gak mandi,” tukas Amin.
Dia mengungkapkan, mayoritas warga Sibabangun yang berdomisili di sepanjang pinggiran sungai, memanfaatkan sungai Sibabangun untuk aktivitas MCK.
Jikapun ada kamar mandi di rumah masing-masing, pasokan airnya tetap berasal dari sungai Sibabangun.
Namun, beberapa tahun terakhir, aktivitas MCK dan kegiatan rumah tangga masyarakat terganggu, akibat seringnya air sungai Sibabangun keruh dan bahkan berbau.
Kondisi ini juga berimbas pada kearifan lokal masyarakat setempat. Sungai Sibabangun yang dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya ikan melalui kearifan lokal lubuk larangan, produksinya menurun.
Ditenggarai, menurunnya hasil panen diakibatkan air sungai yang cercemar limbah.
“Kemungkinan akibat dari kualitas air yang menurun, sehingga menghambat perkembangbiakan ikan,” tukasnya.
Terpisah, Maneger PT Bintang Nauli Pratama, Sopyan Sihombing, yang dihubungi melalui sambungan seluler mengatakan, jika pihaknya sudah lama tidak membuang limbah ke sungai Sibabangun.
Sopyan juga menegaskan jika pabrik kelapa sawit yang dipimpinnya tidak serampangan melakukan pembuangan limbah.
“Inikan lagi musim kemarau, air sisa proses yang ada di kolam penampungan akan menyusut sendiri,” jelas Sopyan.
Sementara, Maneger PT Tri Bahtera Srikandi (SAGO GROUP), Kurniawan, yang dikonfirmasi melalui aplikasi WhatsApp, belum bersedia memberikan komentar.
Walau ada tanda ceklis 2 warna biru, Kurniawan sepertinya enggan untuk menanggapi. (zul)