FBI Minta Polisi Tangkap 4 Terduga Pelaku Pengeroyokan Marison di SPBU Poriaha

Foto : Sekretaris FBI Tapteng Untung Jusansen Siregar.

kantongberita.com, TAPTENG | Kasus dugaan pengeroyokan di SPBU Poriaha mendapat tanggapan serius dari Forum Bhayangkara Indonesia (FBI).

Melalui Sekretaris kepengurusan Kabupaten Tapanuli Tengah, Untung Jusansen Siregar, meminta agar Polres Tapteng segera memroses laporan korban dugaan pengeroyokan Marison Simanullang, yang merupakan pengelola SPBU Poriaha, yang dilakukan oleh 4 orang terduga pelaku.

Karena menurut pria yang akrab disapa UJ ini, bukti rekaman CCTV SPBU sudah menjadi barang bukti yang akurat untuk menetapkan para pelaku sebagai tersangka. Ditambah lagi, banyak saksi yang melihat kejadian tersebut, serta hasil visum rumah sakit terhadap lebam yang dialami Marison.

“Kami meminta pak Kapolres Tapteng agar segera menangkap 4 pelaku pengeroyokan Marison. Bukti CCTV sudah ada dan jelas siapa yang melakukan pengeroyokan. Saksi banyak, dan sudah ada hasil visumnya,” kata UJ, Sabtu (4/1/2025).

Selain itu kata UJ lanjut menjelaskan, bukti pengrusakan terhadap fasilitas SPBU juga lengkap. Diantaranya, kursi yang patah dan helm yang pecah, serta nozel SPBU yang juga patah akibat ulah ke 4 terduga pelaku.

“Jadi, bukan hanya pengeroyokan yang mereka lakukan, sesuai hasil rekaman CCTV, pengrusakan juga sangat jelas terlihat. Ada bangku yang dipatahkan, ada nozel yang dirusak, apalagi. Ini sudah bisa menjadi barang bukti untuk menangkap para pelaku,” tegasnya.

UJ juga berharap kepada masyarakat agar tidak menilai kejadian tersebut hanya dari keterangan satu sisi saja, sehingga menghakimi orang yang belum tentu bersalah.

“Kita warga Tapteng cinta damai, tidak setuju dengan tindakan kekerasan. Biarkan hukum yang menentukan siapa yang salah, siapa yang benar sesuai dengan bukti yang ada. Jangan menghakimi orang hanya karena perkataan sepihak saja. Mari kita dukung Polres Tapteng menyelesaikan kasus ini secepatnya,” ujar UJ.

Sebelumnya, Viral di media sosial seorang pria yang mengaku bernama Nazwar Perwira Pasaribu dianiaya oleh seorang pengelola SPBU di daerah Poriaha Kabupaten Tapanuli Tengah bernama Marison Simanullang.

Kabarnya, Nazwar telah melaporkan kejadian yang dia alami ke Polsek Kolang dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Menanggapi pemberitaan itu, Marison yang dituding sebagai pelaku penganiayaan membantah apa yang dituduhkan oleh Nazwar tersebut.

Ditemui di sebuah kedai kopi di sekitaran Kota Sibolga, Jumat (3/1/2025), Marison menceritakan awal mula dia mengenal Nazwar pada tahun 2022, seperti yang juga diceritakan Nazwar dalam pemberitaan di beberapa media online.

Saat itu, pria yang mengaku sebagai warga Pargodungan Kecamatan Tapian Nauli tersebut datang pertama kali ke SPBU Poriaha, dengan alasan ingin mengajak Marison berteman.

Saat ketemu, Marison sempat bingung ketika Nazwar tiba-tiba minta uang kepadanya dengan alasan ingin mengisi minyak. Karena menghargai, Marisonpun memberinya uang Rp100.000.

Tak sampai disitu, Minggu berikutnya, Nazwar kembali datang ke SPBU dan meminta uang lagi kepada Marison. Kali ini, alasannya berbeda dengan yang pertama. Nazwar minta uang untuk beli makan.

“Belum makan aku katanya. Dia minta uang lagi sama saya. Karena katanya mau beli makan, ya saya kasih Rp50.000, kemudian dia pergi,” kata Marison.

Beberapa hari kemudian, di Minggu yang sama, saat Marison hendak pulang ke rumah, didepan SPBU Nazwar datang minta tumpangan ke mobil Marison, alasannya hendak pulang ke rumahnya.

Namun, Nazwar bukannya turun di rumahnya, dia malah turun di depan sebuah Lapo tuak.

Saat hendak turun, Nazwar kembali minta uang padanya dan diberi Rp50.000.

“Awalnya mau pulang ke rumahnya, tapi saat itu dia turun di sekitar Mujur Timber, didepan sebuah Lapo tuak. Disitu dia juga minta uang dan saya kasih Rp50.000,” ungkap Marison.

Beberapa hari kemudian, untuk ke 4 kalinya Nazwar kembali datang ke SPBU dan minta uang lagi kepada Marison. Saat itu Marison tidak memberinya.

Karena tidak diberi uang, sebelum pergi Nazwarpun mengancam Marison, yang akan membuka rahasia penjualan minyak di SPBU tersebut.

“Beberapa hari setelah gak saya kasih uang, dia datang lagi saat itu kami lagi ada pemeriksaan oleh pihak metrologi. Dia datang dan ikut campur dalam pemeriksaan. Saat itu saya usir dia, karena gak ada urusannya di pemeriksaan itu,” tukas Marison.

Masih kata Marison lanjut menceritakan, beberapa hari setelahnya, Nazwar datang lagi. Kali ini dia tidak minta uang, melainkan minta bon kosong sebanyak 10 lembar. Karena tidak diberi, Nazwarpun memaki-maki Marison.

“Dia minta bon kosong 10 lembar. Karena gak saya kasih, saya dimaki-maki sambil pergi dari SPBU. Saya sempat memanggil dia dan mengajaknya duel, tapi dia gak mau,” ungkapnya.

Setelah kejadian tersebut, selama kurang lebih 2 tahun Marison dan Nazwar sudah tidak pernah ketemu dan berkomunikasi lagi.

Hingga akhirnya, pada tanggal 1 Januari 2025 sekira pukul 13.00 WIB, tiba-tiba Nazwar kembali nongol lagi dan langsung masuk kedalam kantor Marison.

Marison sempat kaget melihat Nazwar yang tiba-tiba duduk disampingnya sambil meminta maaf dengan alasan tahun baru.

“Kubilang, untuk apa minta maaf kalau kejadian kemarin diulang lagi. Karena baik pahitnya kejadian kemarin masih saya ingat. Trus dia bilang, saya gak pernah menerima yang baik dari kamu. Kemudian saya jawab, saya gak pernah bilang kalau saya pernah memberikan yang terbaik buat kamu. Saya bilang lagi, kalau mau minta maaf itu harus bisa merendahkan hati dan menguasai diri,” ujar Marison.

Nazwar yang tidak terima dengan perkataan Marison kemudian berang sambil mendorong meja dan menendang kursi kantor SPBU hingga patah.

“Kau kira aku datang kesini untuk minta-minta uang, katanya. Didorongnya meja keras kali, ditendangnya kursi sampai patah, sambil berdiri mau pergi,” terangnya.

Tak terima dengan perlakukan pria tersebut, Marisonpun berdiri dan menghampiri Nazwar dan memintanya untuk bertanggungjawab terhadap kerusakan yang dilakukannya.

“Kurangkul dia, kubilang tanggungjawabi ini. Kemudian, kami saling dorong mendorong. Tiba-tiba dia memukul wajahku sebelah kiri. Akhirnya, terjadilah perkelahian satu lawan satu. Hingga kami dilerai oleh anggota saya bernama Ayu,” tukasnya.

Setelah itu Nazwar pergi, beberapa jam kemudian, dia kembali lagi bersama 3 orang temannya dengan mengendarai mobil expander warna putih BB 1299 MG.

Marison menduga, ke empat pelaku telah merencanakan pengeroyokan terhadapnya. Karena saat itu, keempat orang tersebut berpura-pura mengisi minyak mobil yang mereka kendarai, dengan membayar terlebih dahulu tagihan minyak pesanannya.

“Ada 4 orang mereka, Nazwar, AG, N alias O dan seorang lagi saya kenal tapi saya tidak tahu namanya. Kalau menurutku, mereka sudah merencanakan ingin mengeroyok saya. Mereka memancing saya keluar dari dalam kantor. Minyaknya saja sudah duluan mereka bayar,” ungkapnya.

Sebelum minyak terisi penuh, tiba-tiba mobil digas hingga terjadi hentakan pada dispenser minyak. Tak hanya itu, akibat hentakan tersebut moncong nozel yang terbuat dari besipun patah.

“Karena kudengar seperti ada suara dentuman, saya keluar. Saya lihat besi nozel sudah patah karena dipaksa. Kebetulan, tali nozel itukan terbuat dari karet, itupun terbanting sampai mengenai perut anggota saya,” pungkasnya.

Marisonpun menghampiri mobil tersebut dan meminta AG untuk menepi serta meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya.

“Jadi gak hanya merusak SPBU saja, mereka juga telah melakukan pengeroyokan terhadap saya. Dan saya menduga ini sudah mereka rencanakan,” tukas Marison.

Kejadian tersebut menurut Marison telah dilaporkan ke Polres Tapteng atas dugaan pengeroyokan secara bersama-sama yang telah direncanakan serta pengrusakan fasilitas SPBU.

Laporan tersebut sesuai dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan Polisi nomor : STPL/B/1/I/2025/SPKT/RES TAPTENG/POLDASU tertanggal 1 Januari 2025.

“Kita punya rekaman CCTV. Disitu nampak semua kejadian yang sebenarnya. Jadi, dia gak usah merasa seperti orang yang teraniaya. Yang sebenarnya, saya yang mereka keroyok,” ketusnya sembari meminta media online yang telah dengan gamblang menyebut namanya sebagai pelaku penganiayaan terhadap Nazwar tanpa terlebih dahulu melakukan cek dan ricek terhadap kejadian yang diberitakan untuk lebih profesional dalam pemberitaan. (red)