Begini Kisah Tele Sihotang, Nelayan KM. Mikhel yang Selamat

Foto : Tele Sihotang, Nelayan KM. Mikhel yang berhasil selamat.

Kantong Berita, SIBOLGA-Cuara buruk melanda perairan pantai barat Sumatera Utara sepekan terakhir. 1 unit Kapal nelayan asal Sibolga dikabarkan hilang kontak di bagian utara Pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah.

Menurut Informasi yang diperoleh dari Kepala Kantor Basarnas Nias M. Agus Wibisno, melalui Kepala Seksi Operasi, Benteng Hilton, kapal yang hilang tersebut adalah KM. Mikhel.

“Kapalnya KM. Mikhel yang berangkat dari Tangkahan Bintang Jaya, dengan 5 Anak Buah Kapal (ABK). Diperkirakan hilang kontak antara Pulau Mursala dan Pulau Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah,” ucap Benteng Hilton, Kamis (1/4).

Diterangkannya, Kapal tersebut berangkat dari Tangkahan Bintang Jaya Sibolga, Sabtu (27/3). Awal keberangkatan, Kapal tersebut masih dapat dihubungi oleh pihak Perusahaan.

Kapal dinyatakan hilang kontak 2 hari kemudian, tepatnya Senin (29/3).

“Berdasarkan informasi kita terima dari pengurus Kapal, komunikasi terakhir KM. Mikhel dengan pengurus kapal pada 29 Maret 2021,” ungkap Benteng dalam keterangannya.

Kemudian masih kata Benteng, pengurus kapal menerima informasi dari seorang Nelayan di sekitar Pulau Mursala yang mengaku telah menemukan 3 buah fiber ukuran 1 ton dan 500 Kg. Serta sebuah Fiber pes ukuran 100 Kg. Pada fiber tersebut terdapat tulisan ‘Mikhel’.

“Ada ditemukan barang bukti, diyakini bahwa fiber tersebut adalah milik KM. Mikhel yang diduga hilang kontak,” jelasnya.

Benteng juga menjelaskan, pengurus kapal dan para nelayan telah berusaha mencari keberadaan kapal tersebut. Namun hingga kini masih belum ditemukan.

“Selanjutnya pengurus kapal melaporkan hilangnya kapal KM. Mikhel tersebut ke KN. SAR Nakula-230 untuk membantu melakukan pencarian. Basarnas gabungan sudah berangkat pagi ini, untuk melakukan operasi SAR,” pungkasnya.

Dalam proses pencarian, Benteng menyampaikan, Koordinator Pos SAR Sibolga yang dipimpin Hari Susanto dan Kapten Kapal KN. SAR Nakula, Arotama Telaumbanua telah berkoordinasi dengan Kapal Polair Mabes Polri, Lanal Sibolga serta pengurus KM. Mikhel.

Sementara pemilik Kapal, Anto Piliang menjelaskan, bahwa KM Mikel merupakan Kapal penangkap ikan Tradisional yang baru pulang melaut. Setelah selesai bongkar dan mengisi kebutuhan, pada hari itu juga Kapal tersebut kembali melaut.

“Kapal dengan alat tangkap tradisional, yang sudah pulang pada hari Sabtu (27/3) siang. Sorenya berangkat, mereka mengisi perbelanjaan disini (Tangkahan Bintang Jaya),” terang Anto ditemui di Tangkahan Bintang Jaya.

Menurutnya, dari 5 ABK di Kapal tersebut, baru 1 yang ditemukan, terdampar di sekitar Pulau Situngkus Tapteng.

“Jumlah ABK sebanyak 5 orang, yakni, Edison Nainggolan selaku Nahkoda, dan ABK lainnya, Rudi Hartono Sianturi, Syamsul Panggabean, Tele Sihotang, serta satu orang lagi bermarga Ginting. Kita ada mendapatkan kabar, bahwa ada satu orang ABK yang ditemukan oleh Kapal Bagan Boat di daerah pulau Situngkus, dan itu jelas ABK KM Mikel, karena namanya marga Sihotang,” ungkap Anto.

Mendengar informasi itu, Tim Basarnas dan petugas gabungan lainnya, langsung menuju pulau Situngkus.

Sedangkan, keluarga korban yang masih menunggu di Tangkahan Bintang Jaya, di jalan KH. Ahmad Dahlan, Kelurahan Aek Manis, Kecamatan Sibolga Selatan, berharap KM. Mikhel segera dapat ditemukan.

Tele Sihotang : Datang lagi ombak besar, masuk kedalam kapal, suara mesin pun sudah mulai rusak, kami semua sudah panik

Anak Buah Kapal (ABK) yang dikabarkan berhasil selamat, yang disebut bermarga Sihotang ternyata Tele Sihotang, warga Kelurahan Pasir Bidang, Kecamatan Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Tele Sihitang benar ABK KM Mikhel.

Dalam keterangannya kepada Wartawan, Tele menyebut KM. Mikhel karam disekitar perairan antara Pulau Mursala dan Pulau Karang, Kecamatan Andam Dewi Tapteng setelah dihantam Badai, Selasa (30/3) sekitar pukul 16.00 WIB.

“Pada saat itu badai sangat kencang, ombaknya terlalu besar, jadi kapal kami menuju arah Pulau karang, ingin mencari perlindungan. Namun ditengah perjalanan, kami dihantam ombak, sehingga air masuk kedalam kapal,” ucap Tele, Minggu (4/4).

Saat itu lanjut Tele, Kapal mulai oleng ke kanan akibat masuknya air ke permukaan kapal. Saat itu, Nahkoda menyarankan agar seluruh ABK berada dibagian kiri, agar kapal bisa melaju kearah tujuan dengan tenang.

“Karena air sudah masuk kedalam, jadi kapal mulai oleng sebelah kanan. Maka kami timbang kearah kiri supaya seimbang. Nah, pada waktu itu kapal masih berjalan kira-kira selama 10 menit, kemudian datang lagi ombak besar, masuk kedalam kapal, suara mesin pun sudah mulai rusak, kami semua sudah panik. Dan tak lama kemudian, mulailah tenggelam dari kiri lagi dan disitulah awal tenggelamnya,” terang Tele.

Setelah kapal tenggelam, Tele berusaha menyelamatkan diri, dengan mencari fiber yang mengapung disekitar kapal.

“Karena kami merasa tidak ada harapan, jadi saya melihat Fiber tempat ikan sudah mulai digenangi air bahkan hanyut, dan ada satu fiber pes yang saya kejar dan saya berusaha menjangkaunya untuk bisa dijadikan alat pelampung,” ungkapnya.

Tele berusaha bertahan diatas tutup fiber sambil berharap bisa sampai di Pulau terdekat.

Karena ombak pada saat itu sangat besar, tutup fiber pun terlepas dan hilang. Beruntung ada batang Ninung yang mengapung didekatnya.

Dia pun meraihnya dan menjadikannya pelampung. Arus kemudian membawanya hingga ke pulau Situngkus.

“Pada waktu kejadian sekitar pukul 4 sore, tepat pada hari Selasa. Dan hari kamis siang saya ditemukan di perairan Pulau Situngkus oleh kapal bagan Boat. Disitu terakhir saya tunggangi sebagai pelampung adalah Pohon Nibung, sebab tutup fiber itu sudah hilang,” ujarnya.

Selanjutnya, hingga 4 korban lainnya masih belum ditemukan. Namun, pencarian akan tetap dilanjutkan hingga waktu yang ditentukan. (has)