Kantong Berita, SIBOLGA – Munculnya desas-desus mengenai seorang karyawan Aido Swalayan Sibolga, Sumatera Utara, yang disebut sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) melalui media sosial telah dibantah dengan tegas oleh pihak Manajemen Aido Swalayan. Mereka menyatakan bahwa informasi yang tersebar adalah berita palsu.
Menurut pernyataan Yenti, Manajer Operasional Aido Swalayan, oknum yang diklaim sebagai PDP sebenarnya bukanlah karyawan Aido Swalayan, tetapi seorang karyawan mobile dari sebuah perusahaan kosmetik yang menyediakan SPG di Aido Swalayan.
“Orang tersebut adalah SPG hand body dari PT. IJL, bukan karyawan Aido. Posisinya di atas SPG, dengan jabatan BA. Mereka bukan hanya bekerja di Aido, tetapi juga di toko-toko lain,” ujar Yenti pada hari Senin (6/4) di tempat kerjanya.
Selain itu, dari keterangan yang diberikan oleh karyawan PT. IJL, diketahui bahwa orang tersebut bukan PDP, tetapi Orang Dalam Pemantauan (ODP). Status ini diperoleh setelah orang tersebut mengikuti anjuran Pemerintah Daerah, yang meminta setiap orang yang telah kontak langsung dengan warga Padang Sidempuan yang dinyatakan PDP dan kemudian meninggal dunia, untuk melapor ke Puskesmas terdekat.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Yenti, B (nama sebenarnya disamarkan) pergi ke toko kosmetik korban virus Corona di Padang Sidempuan pada tanggal 28 Maret 2020. Tujuannya adalah untuk menagih uang barang yang telah dikirim ke toko tersebut, serta memeriksa ketersediaan barang.
“Pada tanggal 31 Maret, B kembali ke Sibolga. Kemudian pada tanggal 1 April, dia masuk kerja di Aido,” ungkap Yenti.
Pada tanggal 2 April, B mendengar bahwa istri pemilik toko kosmetik tersebut telah diisolasi di rumah sakit umum Padang Sidempuan. Setelah mendengar informasi tersebut, B diarahkan oleh atasan di PT. IJL untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.
“Atasan memberikan keputusan agar dia istirahat selama 14 hari. Tidak perlu masuk kerja,” kata Yenti.
Beberapa hari kemudian, B mendengar kabar bahwa istri pemilik toko tersebut meninggal dunia. Maka, sesuai dengan himbauan pemerintah, B melaporkan dirinya sebagai orang yang telah kontak dengan korban yang meninggal.
“Dia pergi melapor ke Puskesmas pada pagi hari. Karena dia bukan penduduk Sibolga-Tapteng, melainkan pendatang, dia mengikuti peraturan setempat. Ketika dia melapor ke Puskesmas, dia diperiksa kesehatannya dan suhu tubuhnya. Semuanya normal. Namun, Puskesmas memberikannya alat untuk memeriksa suhu tubuhnya sendiri. Hasilnya akan diketahui pada tanggal 11 April,” tambahnya.
Terdapat juga rekaman video pernyataan B yang telah beredar di media sosial. Dalam video tersebut, B menjelaskan kronologi kejadian sebenarnya dan memastikan bahwa dirinya masih dalam keadaan sehat tanpa mengalami gejala yang berkaitan dengan virus Corona.